Tindakan pengujian selalu diperlukan dalam pekerjaan yang berkaitan dengan beton apabila ingin menghasilkan kualitas yang beton yang baik. Metode pengujian kualitas beton dimulai dari penentuan deposit dan sifat- sifat bahan baku, sifat- sifat bahan setelah mengeras maupun bila terjadi sesuatu yang dapat merubah stabilitas bangunan selama digunakan.
Maksud pengujian ini adalah untuk pengendalian atau pengawasan, tindakan pengendalian dimaksudkan agar kemungkinan kerusakan dapat dikurangi semaksimal mungkin sejak dini, sehingga kerusakan atau menurunnya kualitas beton yang telah direncanakan dapat dihindarkan. Akan tetapi sering terjadi bangunan memerlukan tindakan perbaikan karena kualitasnya tidak memenuhi persyaratan. Tindakan perbaikan dapat terjadi bila tindakan pengendalian tidak dilakukan, biasanya biaya yang diperlukan untuk memperbaiki suatu kerusakan lebih besar bila dibandingkan dengan biaya yang diperlukan untuk tindakan pengendalian.
Perlu diingat bahwa bila terjadi kerusakan pada pekerjaan beton lebih sukar untuk memperbaikinya dibandingkan dengan jenis bahan lainnya, dengan demikian diperlukan pengawasan serta kontrol sejak dini pada setiap langkah pekerjaan pembangunan, terjadinya kerusakan serta penurunan kualitas yang telah ditetapkan bukan hanya disebabkan oleh faktor kelalaian manusia saja, tetapi alam juga sangat mempengaruhi penurunan kualitas, kondisi lingkungan, seperti bencana kebakaran dan gempa dapat mempengaruhi kekuatan struktur bangunan.
Sebelum dilakukan jenis perbaikan yang tepat, terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk menentukan kemampuan bangunan. Oleh karena itu metode pengendalian sangat bervariasi, sehingga diperlukan kehati-hatian dalam memilih metoda pengendaliannya, pengendalian yang tepat akan memberikan hasil yang terbaik.
Metode pengujian terhadap komponen yang diperiksa secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitudengan cara merusak (Destructive Test) dan tanpa merusak (Non Destructive Test). Kadang-kadang untuk suatu kebutuhan pemeriksaan diperlukan penggunaan kedua metode tersebut untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
- Metode Pengujian dengan Cara Merusak (Destructive Test)
Bangunan yang diragukan kualitasnya, dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan antara lain: komposisi bahan yang digunakan tidak memenuhi persyaratan, kualitas bahan baku yang rendah dan cara pelaksanaan yang tidak memenuhi persyaratan ataupun akibat pengaruh perubahan alam
Pengujian dengan cara merusak dapat dilakukan dengan mengambil sebagian dari komponen struktur, pengambilan sebagian dari komponen tentu dilakukan dengan cara merusak, seperti mencongkel, memotong, mengebor, dan lain sebagainya.
Pengujian komposisi dan kualitas bahan baku yang digunakan dapat dilakukan dengan cara uji urai mineral bahan yang terkandung didalam bahan baku. Bagian yang diambil dari suatu komponen diuraikan kembali komposisinya, sehingga dapat diperkirakan bagaimana komposisi bahan yang dipakai dan jenis bahan apa saja yang terkandung di dalamnya.
Pengujian ini terutama ditujukan pada campuran betonnya, apabila terjadi lendutan yang melebihi persyaratan, kemungkinan lain yang menjadi penyebab adalah bahan besi beton yang digunakan bermutu rendah. Untuk mengetahui kualitas tulangan yang dipakai, dapat dilakukan dengan memotong sebagian dari besi yang ada di dalam penampang lalu menguji kekuatan yang sebenarnya.
Perlu diperhatikan agar bagian yang dibongkar ataupun tulangan yang diambil harus disambung dan dicor seperti semula. Pengujian beton inti dari hasil pengeboran (Core-Drill) memberikan hasil yang lebih memuaskan karena dapat mengetahui kekuatannya dari hasil pemeriksaan di laboratorium. Dari benda uji ini dapat dilakukan uji tekan atau tarik. Keuntungan lainnya dengan uji pengeboran ini yaitu dapat dilanjutkan dengan pengujian lainnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Gambar 12.2: Pengambilan benda uji beton inti (kiri), Benda uji beton inti (tengah) dan pengujian kuat tekan (kanan)
Pada Gambar 12.2 ditunjukkan cara pengambilan beton inti hingga pengujiannya, dan pada Gambar 12.2 ditunjukkan mode keruntuhan dari hasil uji beton inti.
Dalam menghitung nilai kuat tekan juga harus memperhitungkan perbandingan tinggi dan diameter benda uji. Selain itu, bila ditemukan adanya tulangan pada benda uji juga harus diberikan faktor koreksi.
Nilai kuat tekan dari pengujian beton inti adalah sebagai berikut :
Dimana : f’c = Kuat tekan geton inti, (MPa), F = diameter rata-rata benda uji, C0 = Faktor pengali arah benda uji, C1= Faktor pengali yang berhubungan dengan rasio panjang sesudah diberi lapisan kapping dengan diameter benda uji, C2 = Faktor pengali karena adanya kandungan tulangan dalam benda uji yang letaknya tegak lurus terhadap sumbu tulangan, P = Beban maksimum (kg).
dimana : d = diameter tulangan (mm), h = jarak terpendek antara sumbu tulangan dengan ujung benda uji (mm), l = panjang benda uji sebelum diberi lapisan kapping, l’ = panjang benda uji setelah diberi lapisan kapping
Faktor pengali C0 diambil dari Tabel 12.1 :
Faktor pengali C0
Arah pengambilan beton inti | C0 |
Horizontal (tegak lurus arah tinggi struktur beton) | 1 |
Vertikal (sejajar arah tinggi struktur beton) | 0.92 |
Faktor pengali C1 :
Faktor pengali C1
l’ / F | C1 |
1.75
1.30 1.25 1.00 |
0.98
0.96 0.93 0.87 |
Selain koreksi terhadap pengaruh besi tulangan yang ada dalam penampang benda uji, maka kelangsingan benda uji juga mempunyai pengaruh terhadap hasil kekuatan benda uji. Semakin besar faktor kelangsingan yang didapatkan maka semakin tinggi hasil kekuatan yang dihasilkan, ini disebabkan karena faktor jepitan dari pelat dasar mesin. Faktor ini hanya dapat digunakan pada beton yang berkualitas rendah.
Faktor koreksi untuk uji kuat tekan silinder (berdasarkan BS 1881: Part 4)
Rasio Tinggi benda uji – diameter |
Faktor koreksi kekuatan |
2.00
1.75 1.50 1.25 1.00 |
1.00
0.98 0.96 0.94 0.92 |
- Metode Pengujian Tidak Merusak (Non Destructive Test)
Pengujian tanpa merusak dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhan data yang perlu untuk diketahui. Beberapa jenis pengujian diantaranya adalah sebagai berikut :
- Pengujian kuat tekan dengan palu beton (Rebound Hammer Test)
- Pengujian kepadatan serta kedalaman retakan dengan Ultrasonic Pulse Velocity Test (UPV).
- Pengukuran tulangan terpasang pada komponen beton dengan (Rebar Scanner).
- Pengujian pembebanan pada struktur bangunan atau disebut juga dengan (Loading Test).
- Pengujian korosi tulangan baja di dalam beton dengan (Corrossion Analysing).
- Pengujian kekerasan baja dengan (Brinnel Hardness Test).
- Pengujian ketebalan lapisan cat dengan (Coating Thickness Meter).
- Pull Out Test adalah metode yang digunakan untuk mengukur besarnya gaya maksimum yang dibutuhkan untuk mencabut logam/besi yang ditanam ke dalam suatu beton.
- Geo Penetrating Radar (GPR) merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi pondasi suatu bangunan dengan tingkat kedalaman tertentu.
- Concrete Resistivity Test untuk mengukur ketahanan listrik pada beton..
- Pengujian Dinamis (Dynamic Test)
- Pengujian Statis (Static Test)
Semua metode pengujian kualitas beton yang telah diterangkan di atas mempunyai kelebihan dan kekurangan masing – masing, penentuannya tergantung dari kebutuhan yang ada di lapangan saat survey awal, atau bisa juga rekomendasi dari hasil konsultasi terhadap struktur bangunan yang bermasalah. Pada akhirnya pekerjaan Audit Struktur Bangunan ini amat diperlukan demi menjaga bangunan itu sendiri agar tetap kokoh dan aman.
Jika dirasa penjelasan di atas masih belum cukup jelas anda bisa langsung menghubungi kami. Semoga artikel ini dapat memberi manfaat. Terima kasih.